Menbud Gaungkan Budaya Bromo: Siap Tarik Wisatawan Dunia
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia menggaungkan kembali pentingnya pelestarian dan promosi budaya lokal sebagai ujung tombak pariwisata nasional. Dalam kunjungannya ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, ia menyatakan bahwa warisan budaya masyarakat Tengger memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisata internasional yang tak kalah dari keindahan alamnya.
“Bromo bukan hanya gunung dan kabut, tapi juga rumah bagi kebudayaan yang hidup, dinamis, dan sarat makna spiritual. Dunia harus tahu itu,” ujar Menteri Budaya dalam sambutannya di acara Festival Yadnya Kasada, salah satu upacara adat terbesar masyarakat Tengger.
Budaya Tengger: Lebih dari Sekadar Tradisi
Masyarakat Tengger, yang tinggal di lereng Gunung Bromo, telah menjaga nilai-nilai leluhur mereka selama berabad-abad. Upacara seperti Kasada, Unan-Unan, hingga ritual suci di Pura Luhur Poten menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Menbud menilai bahwa nilai-nilai spiritual, hubungan harmonis dengan alam, serta struktur sosial yang berakar kuat menjadikan budaya Tengger sebagai bentuk peradaban lokal yang unik. “Inilah kekayaan budaya yang bisa menjadi identitas Indonesia di mata dunia,” ujarnya.
Langkah Konkret: Kolaborasi dan Digitalisasi Budaya
Untuk mendukung langkah ini, Kementerian Kebudayaan akan menggandeng komunitas lokal, akademisi, dan pelaku pariwisata dalam program revitalisasi budaya Bromo. Salah satu inisiatif utamanya adalah mendigitalisasi dokumentasi budaya Tengger, membuat kurasi seni dan ritual secara daring, serta mengadakan pelatihan narasi budaya untuk pemandu lokal.
“Wisatawan mancanegara saat ini mencari pengalaman otentik, bukan sekadar pemandangan. Mereka ingin mengenal nilai-nilai budaya yang mendalam, dan Bromo punya semua itu,” tambahnya.
Reaksi Masyarakat dan Dukungan Publik
Tokoh adat dan warga lokal menyambut baik inisiatif ini. Mereka berharap bahwa perhatian pemerintah bukan hanya berhenti di acara seremonial, tetapi berlanjut pada dukungan infrastruktur, pelestarian bahasa Tengger, hingga perlindungan kawasan sakral dari eksploitasi pariwisata massal.
Sejumlah pelaku industri pariwisata juga menilai langkah ini sebagai angin segar. “Kami butuh narasi budaya untuk memperkuat citra destinasi. Dengan pendekatan ini, Bromo tak hanya jadi tempat foto, tapi juga tempat belajar dan merasakan kebudayaan yang hidup,” kata salah satu pelaku travel lokal.
Bromo ke Kancah Dunia: Mimpi yang Mungkin Jadi Nyata
Dengan pesona alam yang sudah mendunia, kini saatnya warisan budaya Bromo ikut bersinar. Jika dilaksanakan dengan komitmen dan melibatkan masyarakat sebagai aktor utama, mimpi menjadikan Bromo sebagai ikon pariwisata budaya dunia bukanlah hal yang mustahil.
Menbud pun menutup kunjungannya dengan ajakan: “Mari kita jaga warisan ini bersama. Karena budaya bukan sekadar masa lalu, tapi jembatan menuju masa depan.”